Sejarah Mengenai Asal Mula Pamor Keris DI Indonesia – Asal usul adanya keris hingga saat ini masih cukup menjadi sebuah teka-teki. Keris sebagai sebuah benda tajam yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.
Bentuk keris, sebagaimana yang kita kenal sekarang setidaknya telah mulai muncul di abad ke-10, dan kemungkinan besar menyebar dari Pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara.
Benar, bahwa secara prototipe keris sudah tercatat ditemukan di beberapa candi. Seperti di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Prambanan (abad ke-9). Pada kedua candi itu ditemukan relief yang merupakan senjata keris di zaman tersebut, secara umum bentuk desainnya boleh dikata berbeda dari desain keris saat ini. Pada relief kedua candi itu desain bentuk keris masih tampak berbentuk tegak dan tidak asimetris.
Tidak ada data tertulis untuk menentukan kapan orang Indonesia (Jawa) menemukan teknologi penempaan senjata. Namun, jika ditetapkan bahwa beberapa bilah keris Jalak Buda menunjukkan gambaran pamor, dapat diasumsikan bahwa pamor telah di kenal rakyat Indonesia, setidaknya sejak abad ke-7. Mereka tahu bahwa itu adalah kebetulan untuk mencampur beberapa jenis besi dari tambang yang berbeda. Perbedaan komposisi elemen besi dalam senyawa yang mengandung besi yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan butiran akan menyebabkan perbedaan warna yang berbeda pada permukaan bilah keris, sehingga menunjukkan gambaran pamor
Menurut “Petunjuk untuk Senjata Tiongkok Kuno” oleh Chou Wei, yang diterbitkan di Beijing pada tahun 1957, seorang kolektor senjata di Swedia memiliki sebuah pedang dari Cina kuno yang memiliki pamor. Pamor yang muncul pada pedang itu juga acak dan tidak sengaja. Alasan kemunculan Pamor adalah karena bahan mentah secara tidak sengaja memperoleh Pamor yang muncul dipermukaan bilah.
Tombak dan Keris Jengala menunjukkan pamor dengan teknik yang sangat indah dan menakjubkan. Jelas, pamor itu datang bukan karena kebetulan, tetapi karena keterampilan menempa dan merekayasa para pengrajin. Inilah alasan dari pertanyaan itu. Apakah Jenggala dalam perkerisan sama dengan Jenggala dalam ilmu sejarah? Mengapa budaya masyarakat di kerajaan yang berdiri pada abad ke 11 itu sudah terampil dalam membuat rekayasa seni pamor?
Nilai estetika keris menurut UNESCO
Nilai estetika sebilah keris ialah mencakup dhapur, pamor, dan tangguh.
– Dhapur yaitu istilah dari bahasa Jawa yang digunakan untuk menyebut model atau bentuk keris. Ada komposisi ‘racikan’ atau ornamental yang memberikan ciri-ciri sebagai pembeda keris satu dengan keris lainnya.
– Pamor sebuah pola dekorasi pada bilah yang muncul dari kombinasi logam yang berbeda sebagai konsekuensi dari teknik tempa-lipat. Pola pamor keris, sebenarnya jelas berbeda dengan apa yang disebut ‘Damascus patterns‘ pada pedang Damaskus. Pamor memiliki banyak keragaman motif dekorasi yang memiliki makna tersendiri.
– Tangguh sebagai sebuah istilah yang jika ditambahkan awalan pe- dan akhiran -an menjadi ‘penangguhan’ yaitu sebuah istilah di mana makna proses interpretasi perihal asal usul dan estimasi usia sebuah keris.
899 total views, 1 views today